Minggu, Maret 08, 2009

Bahan Organik and thricoderma sp

Trichoderma harzianum dan Aspergillus sp pada Tanaman">Aplikasi Trichoderma harzianum dan Aspergillus sp pada Tanaman

Aplikasi Trichoderma harzianum dan Aspergillus sp pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan/produktivitas tanaman terutama di tanah-tanah marginal. Itu kesimpulan sementara yang saya peroleh dari beberapa hasil percobaan yang kami lakukan.

Kami memiliki beberapa koleksi fungi unggul. Salah satunya adalah Trichoderma harzianum DT 38. T. harzianum DT 38 ini memiliki beberapa keistimewaan, antara lain yang paling menarik adalah kemampuannya untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Selain daripada itu T. harzianum DT 38 juga dapat digunakan untuk agen pendedali hayati penyakit yang disebabkan oleh Gonoderma. Isolat unggul lainya adalah Aspergillus sp yang merupakan fungi pelarut fosfat. Aspergillus sp ini sudah terbukti dapat melarutkan fosfat dari sumber-sumber yang sukar larut.

Ujicoba Awal pada Jagung

Kami mencoba untuk melihat pengaruh inokulasi kedua isolat ini pada tanaman. Pada awal-awal ujicoba kami menggunakan tanaman jagung. Tanah yang kami gunakan adalah tanah-tanah marginal (ultisol) yang kami ambil dari Cikopomayak, kab. Bogor. Tanah ini memiliki karakteristik antara lain: bersifat masam, kandungan bahan organik rendah, dan kapasitas tukar kationnya rendah. Tanah ini terkenal sangat miskin, tanaman apapun yang ditanam sulit tumbuh dan produktivitasnya pun sangat rendah. Meskipun sudah diberi pupuk yang cukup.

Perlakuan yang kami cobakan antara lain: (1) kontrol tanpa pemupukan sama sekali, (2) pemupukan standar dengan pupuk kimia, (3) pemupukan dengan pupuk organik Posmanik (produk dari PG Subang), dan (4) pemupukan Posmanik + inokukum mikroba (T. harzianum DT 38 dan Aspergillus sp). Sebenarnya kami juga melakukan perlakuan kontrol untuk masing-masing mikroba.

Hasil percobaan ini seperti terlihat pada gambar di bawah ini.






Keterangan:
K = kontrol tanpa pemupukan
S = pemupukan standard
A = pemupukan dengan Posmanik + Urea
B = seperti perlakuan A + inokulum T. harzianum dan Aspergillus sp.

Perlakuan kontrol untuk menguji tanah yang digunakan. Dari pertumbuhannya sangat jelas bahwa tanah yang digunakan adalah tanah yang sangat sangat miskin. Tanaman jagung seperti hidup segan mati tak hendak. Tumbuhnya lebih mirip rumput daripada tanaman jagung.

Tanaman jagung yang diberi pupuk kimia standar terlihat tumbuh lebih baik daripada kontrol. Namun demikian, pertumbuhan tanaman ini sangat tidak optimal. Ini juga mengindikasikan bahwa tanah tersebut memang tanah yang sangat marginal, terutama kandungan bahan organiknya yang rendah. Meskipun dosis pupuk ditingkatkan saya duga pertumbuhan tanaman tetap tidak optimal.

Perlakuan ketiga dengan menggunakan Posmanik memperlihatkan bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Posmanik ini adalah salah satu pupuk organik yand dibuat dari limbah pabrik gula. Meskipun demikian pertumbuhannya juga belum optimal.

Perlakuan keempat dengan menambahkan T. harzianum dan Aspergillus sp pada perlakuan A ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan jagung. Tanaman tampak lebih tinggi dan lebih segar daripada perlakuan-perlakuan yang lain.

Ujicoba Awal pada Tebu

Di samping percobaan tersebut saya juga mencoba mengaplikasikkannya pada tanaman tebu. Ini juga ujicoba saja. Tanah dan bibit saya peroleh dari PG Subang, Jawa Barat. Percobaan yang dilakukan masih sama seperti pada tanaman jagung.

Hasil percobaan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:








Keterangan:
K = kontrol tanpa pemupukan
S = pemupukan standard pupuk kimia
P = pemupukan dengan Posmanik + Urea
PR = pemupukan Posmanik + Urea + T. harzianum + Aspergillus sp

Hasil percobaan ini secara umum sama seperti pada percobaan jagung. Perlakuan kontrol juga menunjukkan pertumbuhan tanaman yang terhambat, malas tumbuh.

Pada perlakuan ke dua menunjukkan pertumbuhan yang baik. Dosis pupuk yang kami gunakan adalah dosis anjuran kebun PG Subang. Tebu tampak tumbuh dengan baik.

Perlakuan ketiga yang menggunakan Posmanik memperlihatkan bahwa pertumbuhan tanaman tebu yang diberi Posmanik lebih rendah daripada pemupukan standard, meskipun sudah diberi tambahan urea. Saya menduga bahwa Posmanik belum dapat menambah bahan organik tanah dan hara secara cukup ke tanaman. Selain itu Posmanik dibuat dari bahan organik yang masih mentah, mungkin memerlukan waktu untuk terdekomposisi dan menjadi tersedia bagi tanaman.

Perlakuan keempat menunjukkan bahwa penambahan mikroba (T. harzianum dan Aspergillus sp) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu seperti pemupukan standar.

Percobaan Rumah Kaca dengan Jagung

Dari hasil dua percobaan di atas selanjutnya dilakukan percobaan yang lebih terarah di rumah kaca dengan menggunakan tanaman jagung. Kami melakukan sedikit modifikasi pada perlakuan yang dicobakan. Kami tidak lagi menggunakan Posmanik, tetapi menggunakan kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Tanah yang digunakan masih tanah Cikopomayak yang terkenal marginal. Perlakuan yang dicobakan antara lain adalah sebagai berikut: (1) kontrol tanpa pemupukan, (2) inokulasi mikroba (T. harzianum + Aspergillus sp), (3) penambahan kompops, (4) pemupukan kompos dan mikroba (T. harzianum + Aspergillus sp).

Hasilnya secara umum sebagai berikut. Penambahan kompos dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti yang terlihat pada perlakuan C. Sedangkan penambahan mikroba saja belum cukup untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman (perlakuan B). Hasil ini juga mendukung hipotesa bahwa aktivitas mikroba tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas bahwa tanah yang digunakan adalah tanah yang sangat miskin kandungan bahan organik, mikroba tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah ini. Tetapi apabila dilakukan pemupukan kompos + mikroba memberikan hasil yang paling baik daripada semua perlakuan yang lain (D). Hasil ini juga mendukung hipotesis di atas.

Percobaan pada Pembibitan Sawit

Percobaan ini sebenarnya adalah kegiatan RUK 2005. Intinya masih sama seperti pada percobaan-percobaan sebelumnya yaitu inokulasi mikroba dan penambahan kompos TKKS. Saya sampaikan sebagian hasil dari percobaan tersebut.

Perhatikan gambar di bawah ini.
























Gambar sebelah kiri adalah bibit sawit yang ditanam tanpa pemberian kompos maupuan mikroba dan gambar sebelah kanan adalah bibit sawit yang diberi kompos namun tidak diberi mikroba. Terlihat bahwa bibit sawit yang diberi kompos tumbuh lebih baik daripada bibit sawit yang tidak diberi kompos. Sekali lagi ini membuktikan hipotesa akan peranan penting bahan organik (kompos) untuk pertumbuhan tanaman.

























Gambar sebelah kiri adalah bibit sawit yang diberi kompos dan gambar kanan adalah bibit sawit yang diberi kompos plus mikroba. Sangat berbeda sekali pertumbuhan bibit sawit yang diberi kompos + mikroba dengan perlakuan-perlakuan yang lain.

Hasil percobaan ini semakin memperkuat keyakinan akan arti penting mikroba dan bahan organik untuk pertumbuan tanaman.

Percobaan pada Tanaman Jati

Percobaan lain yang kami lakukan adalah percobaan pada tanaman jati. Percobaan ini dilakukan di salah satu kebun di Sumatera Selatan. Kondisi lahan juga cukup memprihatinkan, karena lahan ini adalah lahan marginal. Percobaan ini lebih fokus daripada percobaan sebelumnya. Kami tidak lagi menguji apakah kompos dan mikroba dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, karena kami sudah sangat yakin dengan percobaan-percobaan sebelumnya. Kami lebih fokus pada berapa dosis yang diperlukan untuk tanaman jati.

Percobaan dilakukan dengan percobaan faktorial (2 faktor) dengan tiga ulangan. Setiap unit perlakuan terdiri dari 20 tanaman jati. Faktor yang dicobakan adalah (1) dosis pupuk kimia dan (2) dosis kompos yang sudah diperkaya dengan mikroba. Dosis pupuk kimia kami cobakan dua taraf faktor, yaitu K100 = dosis pupuk kimia 100% dosis anjuran dan K50 = dosis pupuk kimia 50% dari dosis anjuran. Sedangkan dosis kompos yang dicobakan adalah B0 = tanpa kompos, B30 = 30 kg kompos/pohon, B60 = 60 kg/pohon, dan B90 = 90 kg/pohon.

Perhatikan gambar-gambar di bawah ini:


























































Hasilnya memperkuan hipotesis bahwa bahan organik dan mikroba memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman di tanah-tanah marginal.
Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa pemberian 50% dosis pupuk kimia dan kompos jauh lebih baik daripada pemberian pupuk kimia saja.

Percobaan pada TBM Sawit

Selain di tanaman jati, kami juga mencoba pemberian kompos yang diperkaya mikroba pada TBM Sawit.

Hasilnya memperkuan hipotesis bahwa bahan organik dan mikroba memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman di tanah-tanah marginal.
Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa pemberian 50% dosis pupuk kimia dan kompos jauh lebih baik daripada pemberian pupuk kimia saja.







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar