Kamis, Januari 02, 2014

Cara Cerdas Menyehatkan Tanah


Kita tahu begitu banyaknya petani kita belum memahami bahwa idealnya tanah sebagai media tumbuh tanaman perlu keseimbangan aspek fisika, kimia, dan biologi. Bahkan, di antara kita yang sudah tahu hal tersebut tidak mau tahu. Indikasinya, puluhan tahun lahan pertanian intensif nyaris tidak disuplai pupuk hayati sebagai salah satu aspek biologi. Bahkan hanya memaksakan diri menyuplai dengan jumlah berlebihan pupuk dan pestisida kimia sintetis.
Akibatnya, tanah kita sakit kronis komplikatif dengan indikasinya C organik hanya 1%, padahal dahulu 3%, residu logam berat hasil pertanian mendekati ambang batas, akibatnya ditolak pasar dunia. Tentu ada alasan kesehatan tapi tetap kita konsumsi dan tetap kita produksi.
Kita bagai hanya menambang C organik tanah berlebihan dalam jangka panjang tanpa menyuplai bahan organik berlebihan pula. Kita bagai menikmati kekayaan mikroba/ pupuk hayati tersedia tapi tanpa membiakkan (inokulan) di lahan. Akibatnya nyaris punah dan akibatnya lagi multifungsi aspek biologi tidak tercapai. Hasil pertanian kurang sehat dan usaha pertanian juga kurang sehat, tentu peningkatan minat untuk bertani kurang sehat pula.
Yang sudah biarlah jadi hikmah, proses belajar. Toh bila nasi terlanjur jadi bubur tak mungkin jadi nasi lagi. Kita harus sehatkan lahan secepatnya, karena kitalah pelaku yang menjadikan lahan pertanian menjadi sakit seperti kondisi sekarang ini. Berikut merupakan langkah-langkah menyehatkan lahan pertanian secara ramah lingkungan dan berkelanjutan:
1. Benamkan jerami (jangan dibakar) karena memiliki kelebihan-kelebihan luar biasa, di antaranya menyediakan P dan K sangat tinggi dan media berbiaknya mikroba. Hasil penelitian Sugiyanta dan Irman (2010) menunjukkan bahwa hasil gabah basah per hektar tanaman padi yang menggunakan pupuk hayati + 0.5 dosis NPK + jerami atau pupuk kandang + pupuk hayati + 0.5 dosis NPK + jerami lebih tinggi ± 11% daripada hasil gabah tanaman padi yang menggunakan pupuk NPK kimia sintetis saja. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan biaya produksi yang jauh lebih ringan dan volume hasil yang lebih tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat tajam. Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah positive multiplayer effect dari kelestarian lahan pertanian untuk generasi yang akan datang.
2. Berikan pupuk kompos ataupun pupuk kandang yang memiliki kadar C organik tinggi (minimal 15%), sebanyak minimal 3 ton/tahun.
3. Biakkan pupuk hayati yang memiliki kandungan jenis (strain) majemuk dan populasi koloninya yang tinggi (minimal sepuluh pangkat lima)
4. Kurangi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang memacu percepatan sakit parahnya lahan pertanian kita.
Karena kita sudah menabung Phospat dan Kalium jumlah besar selama puluhan tahun di lahan kita yang tidak bisa maksimal terkonsumsi oleh tanaman maka jadi pertimbangan serius untuk memakai pupuk hayati yang komposisinya mengandung bakteri Bacillus, Pseudomonas, Pelarut P dan Pelarut K.
Beberapa jenis fungi dan bakteri seperti Bacillus polymyxa, Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum diidentifikasikan mampu melarutkan P yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Prihatini et al., 1996).
Sungguh betapa indahnya jika kaum petani menyadari bahwa idealnya bertani adalah sehatkan diri sendiri, sehatkan sesama, dan sehatkan lingkungan, niscaya sehat dihadapan-Nya. “Kesehatan memang bukan berarti segalanya, tapi segalanya tiada berarti tanpa kesehatan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar