Kamis, Januari 02, 2014

SISTEM PERTANIAN SIKLUS-BIO TERPADU SEBAGAI PARADIGMA BARU AGROFORESTRY BERGATRA EKONOMI, LINGKUNGAN DAN SOSIAL BUDAYA





Produktivitas  biomassa  di  wilayah  tropikatergolong  tertinggi  di  dunia,  karena  tingginyajumlah  dan  distribusi  curah  hujan,  temperaturudara,  temperatur  tanah,  kelembaban  udara,resim  lengas  tanah  (Agus,  2004).  Meskipuntanah  tropika  di  Kalimantan  tergolong  tua  dan miskin  hara,  tetapi  karena  didukung  olehtingginya  aktivitas  mikroorganisme  dan cepatnya  siklus  tertutup,  maka  pertumbuhantumbuhan  di  atasnya  tergolong  cepat.  Namun demikian,  produktivitas  ekonomi  di  wilayah tropika  jauh  lebih  rendah  dibanding  wilayah temperate,  karena  pengelolaan  biologi  yang belum  efisien  dan  efektif. Padahal, banyaknya gunung  berapi  dapat  yang  menyuplai kesuburan tanah dan bahan organik yang bukan hanya  didaurkan  dalam  ekosistem  tertutup hutan, namun  juga bisa didaurkan pada sektor pertanian  lain  maupun  non  pertanian  secara terpadu,  sehingga  akan  mampu  meningkatkan kualitas  kehidupan  dan  lingkungan  hidup (Agus,  2006,  2010,  2012).  Dengan  strategi, teknologi  dan  pengelolaan  yang  tepat,  maka wilayah  tropika  akan  dapat  mempunyai  produktivitas biomassa sekaligus produktivitas ekonomi yang sangat tinggi.Setiap  makluk  hidup,  agar  tetap melangsungkan  kehidupannya  dan  tidak  mati,  maka  perlu  makan,  minum  dan  bernafas. Makluk  hidup  akan  mampu  bertahan  hidup dengan  tidak  makan  sama  sekali  dalam hitungan  hari,  mampu  bertahan  tidak  minum selama  beberapa  jam,  namun  tidak  mampu bertahan  tidak  bernafas  mengambil  oksigen hanya dalam hitungan menit. Selama ini, udara dan  air  relatif  tersedia  melimpah  di  bumi  ini, sedangkan  makanan  telah  lama  menjadi tidak  mampu  menandingi  kebutuhan  manusia (Agus,  2012).  Manusia  dijadikan  khalifah  di bumi  ini,  justru  telah  mengakibatkan  kualitasair  dan  udara  menjadi  kurang  mendukung lingkungan  dan  kehidupan  makluk  bumi  ini. Jumlah  dan  waktu  ketersediaan  air  yang  tidak  sesuai  kebutuhan  makluk  hidup  juga  telah  menjadikan  problem  lingkungan  dan  kehidupan yang makin serius. Bencara banjir, kekeringan  longsor, angin badai, kelaparan, justru semakin   banyak terjadi di muka bumi ini.   Air  yang  tadinya  bisa  diperoleh  dengan gratis, sekarang harus diperjual belikan dengan harga  semakin  mahal.  Kebutuhan  air  yang layak untuk minum dan kebutuhan hidup yang lain   juga  semakin  sulit.  Kebutuhan  oksigen, air  dan  makanan  oleh  tanaman,  hewan  dan manusia  serta  seluruh  makluk  hidup  tersebutbersifat  kontinyu,  sedikit  sedikit  dan  tidak terputus  serta  jumlah  sesuai  kebutuhan  sertamelalui  mekanisme  proses  kehidupan  yang baku  (Agus,  2012).  Kebutuhan  air  manusia sekitar  5  liter  per  hari,  kebutuhan  makan  3piring sehari, kebutuhan oksigen 2.880 liter perhari,  dipergunakan  untuk  metabolism  dalam tubuh  manusia  tidak  bisa  diberikan  sekaligusdalam  jangka  lama  sekaligus.  Ketersediaan yang berlebihan justru menjadi muspro, karenatidak  bisa  dimanfaatkan  untuk  proses kehidupan yang kontinyu serta mengakibatkankematian  makluk  hidup.  Demikian  juga kebutuhan  oksigen,  air  dan  makanan  bagi tanaman dan hewan.  Istilah  pertanian  berkelanjutan  dipergunakan  secara  luas  dalam  berbagai  isu  dan  tujuan.  Pemilihan  komoditi  unggulan,  teknologi  tepat guna,  bantuan  teknis,  bantuan  biaya  produksi,   pembinaan usaha dan jaringan pasar kemitraan   yang  tepat  nampaknya  sangat  menentukan   pentingnya peran pertanian dalam mensejahterakan  masyarakat,  karena  mampu  memberikan   penghasilan  yang  lebih  besar  bagi  petani,   meski  dengan  lahan  dan  waktu  yang  lebih   sempit.  Gold  (1999)  mendifinsikan  istilah   pertanian  berkelanjutan  sebagai  integrasi   system  praktek  produksi  tanaman  dan  hewan   yang  mempunyai aplikasi tapak spesifik, yang   akan menjangkau jangka waktu panjang dalam:  (a)  memuaskan  kebutuhan  makanan  dan  serat   bagi  manusia,  (b)  meningkatkan  kualitas  lingkungan  dan sumberdaya alam berdasarkan pada  ketergantungan  ekonomi  pertanian,  (c) penggunaan  sumber  daya  terbarukan  secara paling efisien, sumber  daya in-situ dan terpadu,serasi,  siklus  dan  pengendalian  biologi  alam,(d)  keberlanjutan  system  ekonomi  pada operasional  pertanian,  dan  (e)  meningkatkan kualitas  kehidupan  petani  dan  masyarakatsecara luas.
2.  Paradigma pertanian terpadu
Paradigma  industri pertanian yang berkembangsetelah  Perang  Dunia  II  sampai  saat  ini  ialahbahwa  menanam  tanaman  sebagai  masalahindividu  yang  biasanya  dianggap  tidak berhubungan  dengan  satu  sama  lain.  Namundemikian  paradigm  yang  baru  menuntut keterlibatan  para  pihak  dari  berbagai  disiplinilmu  untuk  berpadu  dalam  penyelesaian pembangunan  pertanian  terpadu  secara berkelanjutan (Magdof and Weil, 2004). Pertanian  terpadu  merupakan  sistem  yangmenggabungkan  kegiatan  pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu  lain   yang  terkait  dengan  pertanian  dalam  satu   lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah   satu  solusi  alternatif  bagi  peningkatan produktivitas  lahan,  program  pembangunan  &   konservasi  lingkungan  serta  Pengembang-an  desa  secara  terpadu.  Diharapkan  kebutuhan  jangka  pendek,  menengah  dan  panjang  petani   berupa  pangan,  sandang  dan  papan  akan  tercukupi  dengan  sistem  pertanian  berbasis   agroforestry ini. Hasil pertanian dan perikanan   diharapkan  mampu  mencukupi  kehidupan   jangka pendek, sedangkan hasil peternakan dan perkebunan  dapat  dimanfaatkan  untuk kehidupan  jangka  menengah.  Penjualan  hasil kebun  dan  hasil  hutan  rakyat  sekarang dipercaya  mampu  mencukupi  kebutuhan membayar biaya sekolah, rumah sakit, hajatan  sunatan,  mantenan  dan  kebutuhan  jangka panjang  lain.  Dengan  demikian,  sistem agroforestry  mampu  memberikan  pendapatan  harian,  bulanan,  tahunan  maupun  dekade-an bagi petani.   Praktek  pertanian  terpadu  melalui   agroforestry sebenarnya sudah tidak asing lagi   bagi  petani  di  lahan  kritis,  bahkan  kadang   hanya  dianggap  sebagai  istilah  baru   bagi   praktek  lama   yang  lebih  bersifat  monodisipliner  tersebut.  Pendekatan  menyeluruh   agar  pengelolaan  sumber  daya  alam  dapat   berkelanjutan  menuntut  keseimbangan  antara   produksi  dan  konservasi  lingkungan  yang   hanya  dapat  didekati  secara  multidispliner   lewat  paradigma  baru  agroforestry  yang  menuntut  partisipasi  antar  pihak.  Berbeda dengan  model  industri,  pendekatan pengelolaan  pertanian  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  sifat-sifat  tanah  sehingga membuat  ekosistem  lapangan  lebih  mengatur  diri  sendiri,  kecukupan  diri,  tahan  terhadap degradasi,  dan  tangguh  (Magdof  and  Weil,2004).  Agroforestry  telah  menjadi  trade  mark
di daerah tropis, sehingga banyak negara maju yang  berasal  dari  negara  non-tropis  yang
belajar di negara tropis, termasuk Indonesia. Banyaknya  bencana  banjir,  kekeringan, longsor  dan  bencana  alam  lain  telah mendorong  pendidik  dan  praktisi  pertanian terpadu  agar  dapat  mengemas  aspek  siklus produksi  petani,  kondisi  sosial-ekonomi,  biofisik,  politik,  kebijakan  lokal-nasionalinternasional,  dampak  mata  pencaharian penduduk,  produktivitas  lahan,  kelestarian lingkungan,  serta  analisis  resiko  maupun sistem tukar tambah dalam memberikan solusi  terbaik bagi pembangunan nasional. Degradasi  lahan  yang  mencapai  2,8  juta  hektar  pertahun  dan  saat  ini  lahan  rusak  di  Indonesia  yang  mencapai  59  juta  hektar  menyediakan  sarana  bagi  implementasi  sistem  agroforestry  dan pertanian terpadu ini agar kerugian material dan immaterial  tersebut  tidak  semakin  membesar, bahkan  bisa  diubah  menjadi  lahan  produktif yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.  Model  Integrated  farming  dikembangkan juga oleh  KP4 UGM  dengan beberapa kajian lebih  mendalam  melalui:  ICM  (Integrated Crop  Managemnt  atau  Pengelolaan  tanaman terpadu), INM (Integrated Nutrient  Management atau  pengelolaan  hara  terpadu),  IPM  (Integrated Pest Management  atau pengelolaan  hama  terpadu)  dan  IMM  (Integrated  Soil Moisture  Management  atau  pengelolaan  air terpadu) (Agus 2006b)
3.  Integrated bio-cycle farming system
Usaha  pertanian  di  seluruh  dunia  relatif  dapat  berproduksi  dengan  baik  dan  berkelanjutan hanya  apabila  ada  asupan  energi  yang  besar,  dan  kadang  harus  berkompromi  secara ekonomi  dibanding  untuk  keberlanjutan ekosistem (Chan, 2006). Model Integrated Biocycle  Farming  System  (IBFS)  adalah  sistem pertanian  alternatif  yang  memadukan  secara harmonis  antara  sektor  pertanian  (pertanian,  hortikultura,  Perkebunan,  peternakan,  perikanan, kehutanan  dsb)  dengan  non-pertanian (pemukiman,  agro-industri,  wisata,  industri dsb)  yang  dikelola  berdasarkan  landscape ecological  management  dalam  satu  kesatuanwilayah  terpadu  (agropolitan).  Inovasi  drastis dan  berarti  dalam  IBFS  adalah  introduksi
digester  &  basin  serta  organisme  pro-biotikdalam proses perlakuan limbah organik. Usahapertanian besar, usaha pengepakan daging danikan, dan berbagai agro-industri sekarang telahmampu  mencukupi  kebutuhan  energinyasendiri, disamping mempunyai pengaruh yangbesar  terhadap  pengkayaan  nutrient  dalamvolume besar pada kolam ikan, dan 'fertigation'(fertilization  &  irrigation,  pemupukan  danpengairan)  pada  berbagai  macam  tanamansemusim dan lainnya.  Kebun  Pendidikan,  Penelitian,  dan  Pengembangan  Pertanian  Universitas  Gadjah Mada  (KP4  UGM)  sebagai  salah  satu  UnitPenunjang  Universitas  yang  memberikan layanan  kepada  civitas  akademika  UGM maupun  kepada  masyarakat  di  luar  UGM, mengembangkan  Program  Artificial  and functional conservation yang merupakan suatu
kegiatan terpadu dalam sistem pertanian terpadu  berbasis Education for Sustainable Development  (EfSD),  yang  mensinergiskan  aspek  ekonomi,   lingkungan  dan  social  budaya  secara  terpadu,   dengan  melibatkanpelestarian  pemanfaatan keanekara gaman tanaman obat Indonesia yang merupakan suatu kegiatan terpadu, melibatkaninstitusi, berbagai disiplin ilmu.  KP4 UGM mengembangan Pusat Unggulan (Center of Excellence) berupa Pertanian Terpadu, yang  mengacu  pada  konsep  pembangunan berkelanjutan  (sustainable  development), dengan  mengelola  sumber  daya  alam,  sumber daya hayati dan sumber daya lingkungan secara  optimal.  Program  ini  mempunyai  ciri  pokok  dan  merupakan  pengejewantahan  program Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) yang harus  memperhatikan  gatra  peningkatan  nilai ekonomi, kelestarian lingkunga, keadilan sos ialdan  budaya,  secara  sinergis  dan  optimal. Keseimbangan  produksi  dan  konsumsi merupakan  salah  point  yang  harus dikembangkan,  sehingga  dalam  satu  kesatuanlahan  tersebut  mampu  memproduksi  pangan,pakan, papan, pupuk, obat herbal, dan wisata. 
Gambar 1.  Pengembangan Pusat Unggulan Pertanian Terpadu
Pengembangan Pusat Unggulan Pertanian Terpadu di KP4 UGM Pengembangan  GAMA  FOOD  di  KP4 UGM  Yogyakarta  dilaksanakan  melalui  program 5A, yang terdiri atas: Agro-Produksi,  Agro-Bisnis,  Agro-Teknologi,  Agro-Industri,  Agro-Wisata  untuk  komoditas  unggulan  dari  hulu  dan  hilir  dalam  satu  kesatuan  wilayah, waktu  dan  sistem  pengelolaan  secara  terpadu.   Inovasi di bidang Agro-Produksi harus mampu  menghasilkan  produk  dengan  3K  (kuantitas,kualitas  dan  kontinyuitas)  yang  memadai sehingga  menjadikan  komoditas  pertanian sebagai  sumber  kehidupan  dan  lingkungan yang  memadai.  Pengembangan  Agro-Bisnis menjadi  sangat  penting  agar  komoditas pertanian  akan  dapat  berperan  secara  modern,  tidak  terjebak  dalam  sistem  tradisional  yang  bersifat sub sistem  dan  menjadikan pelakunya  lebih  sejahtera,  bukan  sebagai  perahan  sector ekonomi  lain.  Inovasi  Agro-Teknologi  merupakan  syarat  mutlak  agar  dengan   teknologi  tepat  guna  dan  bio-teknologi  yang  sesuai,  maka  akan  terjadi  revolusi  baru  di bidang  pemenuhan  kebutuhan  hajat  hidup orang  banyak.  Agro-Industri  merupakan penghiliran  produk  pertanian  agar  fluktuasi musim panen pertanian yang sangat merugikan  masyarakat  pertanian  dapat  ditingkatkan  menjadi  komoditas  prioritas,  karena merupakan  kebutuhan  pokok  yang  harus dipenuhi  oleh  seluruh  makluk  hidup  di  bumi ini.  Agro-Wisata  merupakan  pemberdayaan lahan  untuk  pendidikan  agar  setiap  makluk hidup  mampu  menikmati  dan  berkontribusi nyata  dalam  pemenuhan  kebutuhan  hidup  dan perbaikan lingkungan hidup. Keberhasilan program juga harus didukung oleh semua pihak sehingga tidak bisa dibebankankepada  petani  semata,  namun  harus  terjalin kerjasama  yang  saling  menguntungkan  dan berkelanjutan, melalui jaringan ABCG (Academic atau  Perguruan  Tinggi,  Business  atau  swasta, Community  atau masyarakat,  Government  atau pemerintah).  Masing-masing  pihak  harusberkontribusi nyata sesuai dengan perannya. Program  percepatan  pertumbuhan  optimal (Accelerated  optimal  growth)  didukung peningkatan genetik dan perbaikan lingkungan tempat  tumbuh  (Agus  et  al.,  2012a).  Untuk mendukung  peningkatan  genetik,  maka  telah dikembangkan  Gama  Anggrek,  Gama  Melon,Gama  Ayam,  Gama  Jagung,  Gama  Padi  dan
Gama  Sapi  Bali.  Program  perbaikan lingkungan tempat tumbuh untuk me mperbaiki resim lengas, resim temperatur dan resim unsurhara  telah  dilakukan  melalui  Gama  Biogas, Gama Pot organik, Gama pertanian terpadu. Pemanfaatan  lahan  secara  harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated) serta  berkelanjutan  (sustainable)  untuk berbagai  peruntukan,  yaitu:  (i)  produksi biomassa  (sektor  pertanian),   (ii)  lingkungan hidup  (iii)  habitat  biologi  dan  konservasi  gen. (iv) ruang infra-stuktur, (v) sumber daya alam, dan  (vi)  estetika  dan  budaya,  merupakan  ciri utama  dalam  sistem  IBFS.  Masing-masing anasir  bentang  lahan  tidak  boleh  saling menonjolkan  kepentingan sektoral sendiri saja
namun  harus saling berkaitan  dan  mendukung secara  harmonis.  Output  dan  outcomes  sistem lebih  diutamakan  dibandingkan  keluaran masing-masing anasir pembentuknya.Peran  mikro,  meso  dan  makro-organisme secara  biokimiawi  dalam  siklus  hara  dan peningkatan  produktivitas  lahan  sangat penting. Mikroorganisme mampu menyediakan nutrisi  esensial  bagi  tanaman  baik  melalui simbiosis  mutualistik  maupun  non  simbiosis, (Agus  dan  Wulandari,  2012)  misalnya: Rhizobium  (fiksasi  unsur  N  simbiotik); Azotobacter  &  Clostridium  (fiksasi  unsur  N non  simbiotik);  Frankia  (fiksasi  P  simbiotik pada  Casuarina  sp.);  Bakteri  Pelarut  Fosfat (pelarut unsur P simbiotik); Mikorisa (fiksasi P dan unsur-unsur makro maupun mikro esensial lainnya), dll.  Agus  et al.  (2004)  menunjukkan bahwa kemampuan mineralisasi N dalam tanah adalah 3-5 kali lipat dibanding yang tersedia di dalam  tanah.  Sementara  itu,  penggunaan tanaman  legum  telah  mampu  menyupai  N sebanyak  9-27  kali  lipat  dibanding  yang tersedia dalam tanah (Agus  et al, 2003, 2012b).
Pemanfaatan  bioteknologi  lebih  lanjut  termasuk  artificial  & functional  bio-nanoteknologi akan sangat meningkatkan keberhasilan IBFS. Dalam IBFS, terdapat lebih banyak biomassa  seperti  limbah  digester  stabil,  jazad  algae, macropytes,  tanaman  semusim  dan  limbah pengolahan (Agus  at al, 2011a, b). Diperkirakan  bahwa  ternak  hanya  mempergunakan  15-20%  makanan ternaknya, dan keluar sebagai limbah, maka  masih  banyak  yang  belum termanfaatkan.  Limbah,  algae,  macrophytes, tanaman  semusim  dn  limbah  pemrosesan dimasukkan  dalam  tas  plastic,  disterilkan dalam  uap  hasil  enrgi  bio-gas,  dan  kemudian diinjeksikan  dengan  spora  yang  sesuai  untuk dipakai sebagai kultur jamur yang bernilai jual tinggi.  Enzym  jamur  tidak  hanya  merombak ligno-seloluse  untuk  melepaskan  kandungan nutrisi  esensial,  tetapi  juga  memperkaya limbah agar lebih mudah dirombak dan bahkan lebih  sesuai  untuk  makanan  ternak.  Limbah berserat yang tersisa masih dapat dipergunakan sebagai  kultur  pembiakan  cacing  tanah,  yang kemudian mampu menyediakan protein khusus untuk  anak  ayam.  Limbah  terakhir,  termasuk kotoran  cacing  yang  berlimpah,  dikomposkan dan dipakai sebagai bahan pembenah tanah dan
memperbaiki  aerasi  tanah.  Dengan  demikian, IBFS  menekankan  agar  semuanya  harus dikurangi  (reduce),  dipakai  lagi  (reuse)  dan didaur  ulang  (recycle)  sehingga  pemanfaatan
lebih lanjut menjadi lebih baik. Karakteristik  kunci  dari  IBFS  yang dikembangkan di KP4 UGM adalah meliputi 9 anasir  utama  sebagaimana  yang  tertera  dalam Tabel 1. IBFS merupakan integrasi dari sektor pertanian  dan  non-pertanian,  melalui  pendaur ulangan bahan organik yang berasal dari sect or pertanian  maupun  non-pertanian  secara terpadu. Suplai  makanan  yang  diproduksi dari desa  untuk  dikirim  ke  kota  telah mengakibatkan  defisit  bahan  organik  di  desa, sehingga tumpukan bahan organik di kota perlu diaur  ulangkan  ke  system  pertanian  yang banyak  terdapat  di  desa  (Agus,  2006a,  b, 2010a, b, 2012a). IBFS  mengedepankan  nilai  lingkungan, nilai  estetika,  nilai  social,  nilai  budaya   dan nilai  ekonomi  secara  harmonis  dan  seimbang, tanpa  ada  yang  mendominiasi.  Dengan demikian  bukan  melulu  mementingkan  nilai ekonomi  semata  sehingga  terpaksa menghilangkan  faktor  lainnya,  seperti  yang dilakukan  oleh  praktis  bisnis  pertanian  yang dilakukan  oleh  pengusaha  besar,  namun  harus mampu  mengharmoniskan seluruh aspek  yang muncul.  IBFS  juga  dilakukan  dengan  sistem rotasi dan keaneka-ragaman tanaman, sehingga biodiversitas  dan  siklus  tanaman  tetap  terjaga  dan terpelihara untuk mendukung pertumbuhan dan  perkembangan  bagi  kehidupan  dan lingkungan.  Inovasi  besar  di  bidang  bioteknologi  buatan  dan  fungsional, nanoteknologi,  dan  pro-biotik  merupakan terobosan  besar  yang  harus  dilakukan  agar terjadi  revolusi  kehidupan  dan  lingkungan yang  makin  berkualitas.  Loncatan  kualitas kehidupan  dan  lingkungan  pada  level  yang lebih  tinggi  dan  baik  dapat  dicapai  dengan pemberdayaan  bio-nano-teknologi  probiotik yang  fungsional  agar  siklus  dan  kualitas kehidupan  makin  meningkat  (Agus,  2006a,  b, 2010a, b, 2012a).  Pengelolaan  siklus  tertutup  organik  dan integrasi  dalam  suatu  kawasan  terpadu  antara ICM,  IFM,  IPM,  IMM,  INM  merupakan  ciri utama  dalam  IBFS  agar  terjadi  sistem  daur tertutup  yang  mandiri  dan  berkualitas. Pengelolaan  perlindungan  bio  terpadu  dan pengelolaan  ekosistem  kesehatan,  merupakan syarat  mutlak  agar  konsep  kembali  alam dengan  produktivitas  serta  kualitas  hidup  dan lingkungan  yang  lebih  baik  bisa  terjamin  dan berkelanjutan.  Manajemen  ekologi  lanskap terpadu  dan  konsep  agropolitan  merupakan salah  satu  strategi  penghilangan  kotak-kotak egosentris  dalam  IBFS,  sehingga  tidak  lagi mementingkan  ego  sector  sendiri-sendiri, namun  justru  harus  bersinergis.  Dengan demikian  pengelelolaan  bahan  organik  harus dikelola  dalam satu kesatuan  lahan  yang luas. Pengelolaan  khusus  tanaman  perlu  juga dilakukan  karena  masing-masing  spesies tanaman  mempunyai  karakter  hidup  dan produktivitas  sendiri-sendiri.  Selanjutnya, IBFS  harus  dikelola  dalam  suatu  sistem holistik  dan  terintegrasi  (Agus,  2006a,  b, 2010a, b, 2012a).
4.  Kesimpulan
Paradigma  baru  agroforestry  dan  pertaniante rpadu  harus  memberdayakan  segenap  multifungsi  pertanian  sebagai  pemasok  utama sandang,  pangan,  dan  papan  bagi  kehidupan seluruh  makluk  hidup;  juga  sebagai  gatra lingkungan  hidup  yang  berkelanjutan, penyedia  keindahan  lingkungan  (wisata-agro), penghasil  bio-farmaka  dan  penghasil  bioenergi.  Paradigma  baru  agroforestry  harus mampu  memberikan  prospek  yang  sangat bagus,  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup jangka pendek, menengah dan panjang petani. Model  agroforestry  melalui  Integrated  Biocycle Farming System (IBFS/ sistem pertanian siklus-bio  terpadu)  yang  dikembangkan  oleh KP4  UGM  dilakukan  dengan  beberapa  kajian lebih  mendalam  melalui  pemberdayaan  siklus energi,  siklus  bahan  organik,  dan  karbon, siklus  air,  siklus  hara,  siklus  produksi,  siklus tanaman, siklus material dan siklus uang yang dikelola  secara  terpadu  dan  berkelanjutan dengan pola 7R (reuse, reduce, recycle, refill, replace,  repair,  replant)  dengan mempetimbangkan gatra ekonomi, lingkungan, sosial  budaya  dan  kesehatan  untuk mendapatkan  manfaat  optimal  bagi  petani, masyarakat di bidang pertanian dan lingkungan global.  KP4  UGM  mengaplikasikan  percepatan pertumbuhan  optimal  secara  sinergis  melalui peningkatan  sifat  genetik  dan  rekayasa lingkungan pertumbuhan tanamana

Sumber dari :
Cahyono Agus , Bambang Suhartanto , Bambang Hendro Sunarminto dan Ali Agus
Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM
Fakultas Kehutanan , Fak Peternakan, Fak. Pertanian UGM













Tidak ada komentar:

Posting Komentar