Cabai merupakan sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Sun et al. (2007) melaporkan bahwa cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Cabai kelompok tanaman hortikultura yang rentan dengan segala macam hambatan, terutama di musim hujan, misal serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, di lapangan dibutuhkan kecerdasan dan keterampilan khusus tentang budidaya cabai. Selain itu, penting juga untuk menguasai manajemen lapangan, seperti pengaturan drainase, pH (tingkat keasaman) dan kualitas tanah. Virus, menjadi ancaman paling serius bagi tanaman cabai, dibutuhkan tindakan preventif dan profilaksis sedini mungkin, bukan terapi, karena virus belum ada obatnya, yang paling ideal adalah membentuk kondisi imunitas pada cabai.
Dari pengalaman penulis menanam cabai di Desa Sukadamai, Jonggol, Bogor, berbagai penyakit bisa terkendali dengan baik, daun keriting pun bisa dikendalikan dengan hormon/ ZPT, bahkan bisa panen sebanyak 19 kali dalam luasan ± 0.5 Ha dengan populasi tanaman ± 7000 pohon yang ditumpangsarikan dengan jabon. Hasilnya sangat memuaskan, dan inilah nikmatnya menjadi petani. Berikut penulis bagikan pengalaman/ kiat bertani cabai :
A. Persiapan Lahan
1. Siapkan lahan dengan antisipasi kebutuhan air rutin terinterval, pH tanah netral.
2. Olah lahan dengan memberikan pupuk kandang pasca fermentasi sebanyak 2 ton/ha, diperkaya dengan pupuk organik cair dengan kadar C-organik tinggi sebagai media pembiakan mikroba yang sinergis dengan cabai.
3. Perkaya dengan bakteri penambat N, penghasil hormon (ZPT), contohnya Azospirillum sp., Azotobacter sp., dll.
4. Perkaya dengan bakteri pelarut P & K serta bakteri peningkat antibodi tanaman dan biopestisida seperti Bacillus isp., Pseudomonas sp., dll.
B. Persemaian
1. Rendam benih dengan ZPT organik/ pupuk hayati dengan dosis 20 ml/ liter air selama 1 malam.
2. Semprot kabut di daun dengan ZPT organik/ hormon pada pagi/ sore hari saat stomata daun membuka, berikan dengan dosis rendah (2 ml/liter air) setiap minggu sekali.
3. Bibit siap tanam/ pindah lapang pada 20 hari setelah semai.
C. Pemeliharaan dan Pasca Panen
1. Untuk pemeliharaan, siram/kocor pupuk hayati pada perakaran tanaman setiap 2 minggu sekali dengan dosis 10 ml/ liter air.
2. Semprot kabut dengan tepat dosis ZPT Organik/ hormon yang mengandung sitokinin, auksin, giberellin (pemacu percepatan vegetatif), etilena (perangsang bunga), asam absisat (pencegah dehidrasi), dan asam traumalin (pemacu percepatan penyembuhan luka), dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, setiap 2 minggu sekali.
3. Setiap pasca panen, semprot kabut pada pagi/ sore hari ketika stomata daun membuka dengan ZPT organik dosis 3 ml/ liter air. Hal ini bermanfaat untuk memperpanjang umur panen dan meningkatkan volume panen, karena ZPT organik yang mengandung asam traumalin dapat mempercepat penyembuhan luka bekas petik, serta mengandung etilena untuk merangsang keluarnya bunga lagi secara serempak.
Karena cabai mutlak dikonsumsi oleh sesama, hendaknya menggunakan sarana pertanian yang murni organik atau jumlah input kimia sintetis yang diminimalkan. “Nikmatnya nikmat jika ancaman berubah menjadi peluang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar