Selasa, Juni 01, 2010

PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM SEBAGAI KOMODITAS ALTERNATIF DALAM “INTEGRATED FARMING SYSTEM” DAN SUMBER ENERGI “HIJAU”


 Sorgum sebuah tanaman serealia yang sering kita dengar.. tapi tahukah bagaimana tanaman sorgum, manfaatnya apalagi budidayanya?. Di NTB apakah sudah ada budidaya sorgum?? Pertanyaan ini tentu akan beragam tapi sebelum menjawab pertanyaan ini mari kita telusuri seluk beluk tanaman sorgum itu
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan).
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar
Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal.

Sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100 g bahan. Namun, masalah utama penggunaan biji sorgum sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kandungan tanin yang cukup tinggi, mencapai 0,40−3,60%.
Sorgum dapat diproses menjadi tepung yang bisa diolah menjadi aneka produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi. Di Thailand, misalnya, makanan berbasis tepung ini variasinya banyak sekali. Mulai dari kue basah hingga bubur bayi. Anehnya, di Indonesia, sorgum bukanlah menu favorit dan kalah populer dibanding beras. Padahal, dari nilai gizinya sorgum jauh lebih unggul ketimbang beras. Lihat saja. Kandungan protein satu gram sorgum ternyata 1,6 kali lipat ketimbang beras. Sorgum juga memiliki kandungan besi 5,5 kali lipat ketimbang beras, 2,05 kali lipat fosfor, 3,1 kali lipat vitamin B1, 4,7 kali lipat lemak dan 4,6 kali lipat kalsium.

Sorgum juga merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15−20 t/ha/tahun , dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30−45 t/ha/tahun Di negara-negara miskin di daerah beriklim kering, umumnya sorgum diusahakan sebagai tanaman pangan. Namun, di negara-negara maju yang persediaan bahan pangannya berlimpah, sorgum ditanam sebagai bahan pakan karena kandungan gizinya cukup tinggi (setara dengan jagung) serta sebagai bahan baku industri. Untuk mengembangkan sorgum diperlukan keterkaitan antara pemerintah, petani produsen, dan pabrik pakan ternak. Dengan adanya keterkaitan tersebut, produksi sorgum dapat ditampung oleh industri pakan sehingga terdapat jaminan pasar bagi petani

POTENSI LAHAN DAN PRODUKSI SORGUM
Areal yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sangat luas, meliputi daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta tanah yang kurang subur. Daerah penghasil sorgum dengan pola pengusahaan tradisional adalah Jawa Tengah (Purwodadi, Pati, Demak, Wonogiri), Daerah Istimewa Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di lahan tegal dan sawah tadah hujan, sorgum ditanam sebagai tanaman sisipan atau tumpang sari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, sehingga luas tanaman sorgum yang sesungguhnya agak sulit diukur
Sorgum sebagai Bahan Pangan dan kesehatan
Sorgum mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan pangan, namun pemanfaatannya belum berkembang karena pengupasan biji sorgum cukup sulit dilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan makanan substitusi beras, namun karena kandungan taninnya cukup tinggi (0,40−3,60%), hasil olahannya kurang enak, masalah ini telah dapat diatasi dengan memperbaiki teknologi pengolahan.  
 Kandungan nutrisi sorgum juga cukup tinggi dibanding bahan pangan lainnya, sehingga cukup potensial sebagai bahan pangan substitusi beras Begitu pula kandungan asam aminonya tidak kalah dengan bahan makanan lainnya. Beberapa jenis makanan dari sorgum berdasarkan cara pengolahannya yaitu :
• Makanan sejenis roti tanpa ragi, misalnya chapati, tortila.
• Makanan sejenis roti dengan ragi, misalnya injera, kisia, dosai. 
• Makanan bentuk bubur kental, misalnya to, tuwu, ugali, bagobe, sankati.
• Makanan bentuk bubur cair, misalnya ogi, ugi, ambili, edi.
• Makanan camilan, misalnya pop sorgum, tape sorgum, emping sorgum.
• Sorgum rebus, misalnya: urap sorgum,som.
• Makanan yang dikukus, misalnya couscous, wowoto, juadah-sorgum.

Sorgum juga dapat menghasilkan biji yang mempunyai kualitas nutrisi sebanding dengan jagung dan beras, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah. Pemanfaatan biji Sorgum menjadi berbagai produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan. Pemanfaatan Sorgum dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan ringan (basah dan kering), kue, roti dan mie. Nilai nutrisi Sorgum cukup memadai dengan kandungan protein 8-11 %, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat menyamai terigu. Namun demikian tepung Sorgum dapat mensubstitusikan terhadap tepung terigu antara 50 – 75 % untuk kue kering & kue basah, kue basah 30-50 %, Roti 20-25 % dan Mie 15-20 %. 
Sebagai bulir, sorgum dibalut oleh kulit yang keras dan di antara kulit dan biji terdapat lapisan aleuron yang kaya akan zat-zat gizi, seperti antioksidan; berbagai jenis mineral, seperti kalsium, lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh, berbagai jenis vitamin termasuk vitamin E, serat, dan kandungan protein yang lebih tinggi dari beras. Sorgum mengandung zat besi 7 mg per 100 gram, dan mineral seng yang sangat baik, yaitu 5 mg per 
100 gram, yang berarti mengonsumsi sorgum sebanyak 100 gram per hari sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi dan seng setiap hari. Banyak publikasi hasil-hasil penelitian internasional dan nasional yang melaporkan khasiat sorgum bagi kesehatan yang berhubungan dengan kandungan senyawa bioaktif dalam sorgum, seperti senyawa fenol, yaitu asam ferulat, dan polifenol yang memberi warna kecoklatan yang banyak terdapat pada lapisan aleuron sorgum.
Untuk mempertahankan manfaat sorgum, pengolahan biji ini menjadi ”beras sorgum” sebaiknya tak melalui penyosohan berlebihan sehingga tidak menghilangkan warna coklat dan tidak merontokkan lapisan aleuron yang sangat berguna bagi kesehatan. Khasiat sorgum bagi kesehatan yang dilaporkan termasuk aktivitas sebagai antikanker dan kemampuannya menurunkan kolesterol darah.

Dari hasil penelitian dilakukan uji coba untuk mengetahui indeks glisemik, yaitu kecepatan bubur sorgum dalam meningkatkan kadar gula darah. Dari hasil penelitian itu ternyata sorgum mempunyai nilai indeks glisemik rendah sebesar 44,69 sehingga baik untuk penderita diabetes dan orang sehat untuk mencegah terjadinya diabetes.
Penelitian pada tikus laboratorium memperlihatkan, tikus yang mengonsumsi sorgum mempunyai sel-sel imun 3,2 sampai 3,4 kali lebih aktif memperbanyak diri, mempunyai kapasitas antioksidan hati 30 persen lebih tinggi, dan aktivitas enzim-enzim antioksidan hampir dua kali lebih tinggi. Peningkatan kemampuan sel-sel imun tubuh memperbanyak diri merupakan indikasi lebih sigapnya sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus dan mikroorganisme lain yang memasuki tubuh. Enzim-enzim antioksidan ini merupakan enzim yang disintesis oleh tubuh sendiri untuk mempertahankan diri dari kerusakan oleh radikal bebas.
Oleh karena itu, konsumsi sorgum yang menaikkan aktivitas tubuh merupakan suatu pertanda baik dalam mempertahankan kerusakan sel-sel tubuh dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif.

Sorgum sebagai Pakan Ternak
Penggunaan biji sorgum dalam ransum pakan ternak bersifat suplemen (substitusi) terhadap jagung, karena nilai nutrisinya tidak berbeda dengan jagung  .
Namun karena kandungan tanin yang cukup tinggi (0,40−3,60%), biji sorgum hanya digunakan dalam jumlah terbatas karena dapat mempengaruhi fungsi asam amino dan protein . Biji sorgum dapat diberikan langsung berupa biji atau diolah terlebih dulu dan dicampur dengan bahan-bahan lain dengan komposisi sebagai berikut: biji sorgum 55−60%, bungkil kedelai/kacang tanah 20%, tepung ikan 2,50−20%, dan vitamin-mineral 2−8%. Penggunaan sorgum 30−60% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap performa ayam. Sorgum dapat mengganti seluruh jagung dalam ransum pakan ayam, itik, kambing, babi, dan sapi tanpa menimbulkan efek samping. Penggunaan biji sorgum dalam ransum dengan berbagai rasio tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot ayam  
Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot segar batang atau sekitar 3 t daun segar/ ha dari total produksi 20 t/ha. Oebarinoto dan Hermanto (1996) melaporkan bahwa setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan jerami 2,62 + 0,53 t bahan kering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari (Direktorat Jenderal Perkebunan 1996). Daun sorgum tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi harus dilayukan dahulu sekitar 2−3 jam. 
Nutrisi daun sorgum setara dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Komposisi kimia dari limbah sorgum dibandingkan dengan limbah pertanian lainnya disajikan pada 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar