Selasa, Maret 23, 2010

Mengenal Plasma Nutfah di Indonesia (Bagian Pertama)

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk keanekaragaman plasma nutfah pada taraf di dalam spesies. Plasma nutfah atau sumberdaya genetik adalah bahan dari tumbuhan, hewan, dan/atau jasad renik, yang mempunyai fungsi dan kemampuan mewariskan sifat. Sumber daya ini sebagian telah dimanfaatkan secara nyata antara lain padi, pisang, kecipir, melati, lada, ayam, dan masih banyak lagi yang belum dimanfaatkan.
Walaupun plasma nutfah sudah dimanfaatkan, perhatian manusia terhadap keberadaannya masih sangat terbatas. Rendahnya perhatian ini disebabkan oleh kurangnya kegiatan untuk memperkenalkan plasma nutfah kepada masyarakat luas. Untuk itu diperlukan metode yang tepat, guna memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Plasma nutfah merupakan bahan dasar untuk merakit varietas unggul yang mempunyai sifat-sifat di antaranya produktivitas tinggi, tahan hama-penyakit, dan mutu yang sesuai dengan selera masyarakat. Untuk merakit varietas unggul diperlukan keanekaragaman plasma nutfah, maka kelestariannya harus selalu dijaga.
“Semua yang hidup berasal dari yang hidup” merupakan asas penurunan makhluk dari generasi ke generasi. Setiap menurunkan generasi berikutnya, mutu sifat akan diwariskan. Tampilan dari mutu sifat tersebut diatur oleh gen.
Tanaman pangan meliputi padi, jagung, sorgum, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, kacang-kacangan minor (kacang tunggak, kacang koro), dan ubi-ubian minor (uwi, garut, balitung, talas, gadung, dan gembili).
Sifat-sifat induk akan diturunkan kepada keturunannya; padi akan menurunkan padi; begitu pula untuk kelompok tanaman atau tumbuhan yang lain, misalnya jagung akan menurunkan jagung, ubi-ubian menurunkan ubi-ubian dengan jenis yang sama, kacang-kacangan akan menurunkan kacang-kacangan yang sejenis dan sama halnya dengan komponen keanekaragaman hayati lainnya.
Plasma nutfah akan mempertahankan mutu sifat, misalnya padi Rojolele akan mewariskan sifat pulen dan rasa enak dari Rojolele kepada generasi berikutnya; singkong Mentega akan menurunkan sifat-sifat singkong Mentega; ubijalar Cilembu akan menurunkan sifat-sifat ubi jalar Cilembu; begitu pula kelompok-kelompok tanaman atau tumbuhan lain dalam menurunkan sifat-sifatnya. Plasma nutfah akan mempertahankan sifat-sifat makhluk dengan menurunkannya kepada generasi berikutnya.
Pada halaman berikut disajikan beberapa contoh plasma nutfah tanaman pangan dalam bentuk gambar-gambar disertai dengan penjelasan singkat tentang asal-usul, dan manfaatnya.

Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa)

Padi digunakan sebagai bahan makanan pokok (sumber karbohidrat), tepung untuk kue, mie, dan bahan makanan bayi (beras merah). Kadar amilosa berkisar antara 4-30%. Kadar amilosa yang rendah di bawah 15%, menunjukkan bahwa padi tersebut adalah tipe ketan. Sedangkan kadar amilosa antara 20-22% termasuk ke dalam padi yang mempunyai rasa pulen. Padi juga mengandung protein, dan beberapa mineral, termasuk Fe (zat besi), dan Zn (zinc).

Budidaya tanaman padi, dapat dilakukan di dataran rendah (sawah), dataran tinggi, lahan kering (gogo), dan lahan rawa/pasang surut. Pada saat ini BB-Biogen menyimpan sekitar 3.500 nomor aksesi padi, yang meliputi padi sawah, padi gogo, dan padi sawah pasang-surut.

Plasma Nutfah Jagung (Zea mays)

Jagung berasal dari Peru, Equador, Bolivia, Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Jagung dapat dibudidayakan sampai ketinggian 3600 m dpi. Jagung merupakan sumber karbohidrat sesudah padi. Selain itu juga digunakan sebagai sayuran baby corn dan jagung manis), sebagai makanan ringan (pop corn). Klobot keringnya dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan, misalnya wajid Cililin. Pada jenis jagung opaque yang mengandung tryptophan dan lysine, dimanfaatkan sebagai sumber makanan untuk meningkatkan gizi.

Beberapa manfaat jagung antara lain sebagai sumber karbohidrat, sayuran (jagung manis), makanan ringan (pop corn), dan makanan ternakatau sayuran (waxy-corn atau pulut). Jumlah aksesi plasma nutfah jagung di BB – Biogen sekitar 875 nomor.

Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum bicolor L. (Moench.))

Sorgum berasal Ethiopia (Afrika}, dapat tumbuh pada semua jenis tanah, kecuali pada tanah Podsolik Merah Kuning. Daerah adaptasi terbaik pada dataran rendah dengan ketinggian 1 -500 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian >500 m, umur panennya menjadi lebih panjang. Sorgum merupakan sumber karbohidrat untuk pangan dan pakan. Selain itu, sorgum juga dapat dimanfaatkansebagai:
- Beras sorgum pengganti nasi, bubur, dan panganan lainnya;
- Tepung sorgum sebagai campuran dalam pembuatan kue, biskuit, roti dan mie;
- Sebagai bahan pembuat lem dan bir;
- Daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak;
- Batang pohonnya dapat dibuatsirop (yang mempunyai kadargula tinggi).

Biji sorgum mengandung tanin antara 0,2-3,6% yang sebagian besar terdapat pada kulit dan biji. Kadar tanin yang tinggi dapat mempengaruhi penyerapan asam-asam amino/protein.
Jumlah koleksi plasma nutfah sorgum di BB-Biogen saat ini sebanyak 211 nomor aksesi.

Plasma Nutfah Ubijalar (Ipomoea batatas)

Ubijalar berasal dari Barat Daya Amerika Selatan (Guatemala, Colombia, Equador, dan Peru), Papua New Guinea, Philipina dan Afrika. Ubijalar menempati rangking ke-7 sebagai bahan pangan dunia dengan produksi mencapai 115 metrik ton, menempati ranking ketiga setelart kentang dan ubi kayu. Ubijalar menjadi makanan pokok di daerah tertentu, sedangkan daun dan tangkai daunnya dimanfaatkan sebagai sayuran.

Di Korea daun dan tangkai daun dimanfaatkan sebagai “makanan sehat”. Di Jepang, pemanfaatan ubijalar mulai dari juice, mie, sampai snack, karena dianggap mengandung nutrisi yang tinggi kecuali protein dan niacin, selain dari itu juga dimanfaatkan sebagai zat pewarna. Nutrisi yang tinggi dicirikan dari tingginya kandungan karbohidrat, vitamin (A, C, dan K) serta zat besi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar